watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

NAMAKU ANDRE

Sebelum saya bercerita saya ingin
memperkenalkan dulu nama saya Andrey,
seorang engineer. Saya berumur 28 tahun dan
kerja di salah satu konsultan teknologi informasi
di Bandung. Hampir seminggu sekali selama 2
hari saya berada di Jakarta, karena saya diutus
kantor untuk mengurusi proyek yang ada di
Jakarta. Itu artinya saya sering menggunakan jasa
kereta buat pulang pergi Jakarta-Bandung.
Sebetulnya saya sudah mempunyai seorang
kekasih di Bandung dan tahun ini berencana
untuk menikah, hanya saya masih ragu, dan hal
ini yang sering membuat kami bertengkar.
Pada hari itu saya berangkat ke Jakarta dengan
perasaan bete banget karena pacar saya ternyata
tidak ada di tempat kost, dan menurut teman
kostnya dia pergi dari tadi malam dan sampai
sekarang belum pulang. Saya sudah mencoba
hubungi lewat phonselnya, tapi tidak pernah aktif.
Kereta Argo Gede yang membawa saya ke
Jakarta sore itu memang cukup padat, untungnya
saya sudah memesan tiket lebih dulu ke salah
satu pramugari yang saya kenal di kereta, karena
kebetulan dia ternyata adik kelas saya waktu di
SMU.
Saya langsung menuju kursi yang tertera dalam
tiket dan berniat untuk langsung tidur karena
lelah, soalnya semalam saya dengan teman-
teman nongkrong dulu di Cafe Sapu Lidi, jadi
baru tidur malam tadi pukul 3 dini hari. Ternyata
di sebelah kursi saya sudah duduk seorang
wanita kira-kira berumur 30 tahunan. Hanya dari
caranya berpakaian terlihat orang itu adalah
eksekutif muda, pakaiannya cukup seksi dengan
rok span agak mini, kira-kira 10 centi di atas lutut,
ditambah dengan kaos ketat putih yang ditutupi
blazer coklat muda sangat cocok dengan kulitnya
yang putih.
Harum Giovanni sekelibat menusuk hidung,
wanginya seksi sekali, tapi karena pikiran saya lagi
‘butek’ saya langsung saja mangambil posisi
tidur. Sandaran kursi saya tarik ke belakang
sambil tidak lupa bilang permisi kepada wanita di
samping saya itu. Dia hanya tersenyum sambil
mengangkat phonselnya yang berdering. Samar-
samar saya mendengar kalau telepon itu dari
anak buahnya atau supirnya, karena dia bilang
kalau memang mobilnya sedang di bengkel tidak
perlu dijemput, biar pakai taksi saja.
Tidak terasa satu jam saya tertidur, saya
terbangun ketika merasa ada kepala yang
bersandar di pundak saya, ternyata gadis itu juga
tertidur dan tanpa disengaja kepalanya
menyender ke bahu saya. Ingin saya
membangunkannya karena mulai terasa pegal,
tapi ketika saya melihat gadis itu tertidur pulas,
rasanya jadi tidak tega, lagian wangi rambutnya
membuat saya betah dengan posisi itu. Saya
terus memandangi wajah cantik yang tertidur
pulas itu. Hidungnya mancung dengan bibir tipis
yang dibalut polesan lipstik merah muda, terlihat
seksi sekali.
Kemudian tanpa disengaja mata saya menyusur
ke bawah menuju belahan dadanya, putih sekali
dengan dua gumpalan daging yang padat dan
cukup besar. Saya taksir kira-kira berukuran 36C.
Setelah cukup lama memperhatikan buah
dadanya, mata saya turun lagi ke bawah, bagian
pahanya yang terbalut dengan rok span. Dengan
posisi kaki yang sedikit menyilang membuat
roknya tersingkap agak ke atas. Mungkin kalau
saya membungkukkan kepala sedikit ke depan,
celana dalamnya pasti terlihat dengan jelas, tapi
dengan kepalanya yang bersandar ke bahu saya,
tidak memungkinkan saya melakukannya.
Melihat pemandangan seperti itu justru membuat
darah saya berdesir dan menjalar ke pangkal
paha saya. Tidak terasa penis saya mulai bergerak
naik, agak sakit memang, karena dengan posisi
duduk saya, penis ini menjadi tidak bebas
bergerak. Akhirnya saya hanya dapat berdiam diri
saja.
Dua puluh menit sudah saya dalam posisi itu
sampai akhirnya dia terbangun, tersadar akan
posisinya yang menyandar pada diri saya. Gadis
itu segera bangun dan tersenyum sambil
meminta maaf.
“Aduh.., sorry ya Mas.., saya enggak sengaja,
abis ngantuk banget sih.” katanya sopan.
“Engga pa-pa kok, soalnya rambut kamu wangi
banget, jadi saya betah.” kata saya sambil
tersenyum.
Dia langsung mengulurkan tangan dan
memperkenalkan diri, “Oh ya, kita belum kenalan,
nama saya Neva.”
“Saya Andrey.” kata saya sambil membalas jabat
tangannya, terasa lembut sekali.
Kami jadi ngobrol kemana-mana, dari ceritanya
saya tahu dia salah seorang manajer marketing di
perusahaan penyedia jasa internet di Jakarta. Kami
ngobrol seperti orang yang sudah kenal tahunan.
Saya merasa Neva orangnya supel, sedikit bebas,
dan tidak terlalu memikirkan masa yang akan
datang.
Dia bilang, “Nikmati aja hidup sekarang, kalo buat
besok sih ya gimana besok aja.” katanya sambil
tertawa renyah, pas sekali dengan prinsip saya.
Kereta sudah sampai di Jatinegara, yang berarti 10
menit lagi sampai Gambir.
Iseng saya bertanya, “Kamu pulang pake apa..?”
“Pake taksi aja, abis mobil saya lagi di bengkel.”
“Wah kasian kamu, malem-malem gini pake taksi
sendirian, gimana kalo saya anter aja, kebetulan
mobil saya, saya parkir di Gambir.”
“Emang pulangnya kemana..?” tanya saya lagi.
“Ke daerah Senen, saya kontrak rumah di sana.”
“Kalo gitu kebeneran dong, rumah saya juga di
daerah cempaka putih, jadi kita kan satu jalan,
mau kan bareng saya..?” kata saya lagi.
Dia berpikir sebentar, dan akhirnya, “Boleh deh,
tapi jangan perkosa saya ya..! Hahaha..” tawanya
begitu lepas.
Akhirnya kami pulang bersama. Sedikit
memaksa, Neva menawari untuk mampir ke
rumah kontrakannya. Saya sebenarnya sudah
capek dan ingin langsung pulang ke rumah
orangtua saya.
Tetapi dengan memelas, Neva menarik tangan
saya dan bilang, “Ayo dong Mas, temenin Neva
bentar aja, Neva masih pengen ngobrol nih, kan
baru jam 9 malem, masa Neva musti bengong
nontonin TV, soalnya Neva biasa tidur jam dua
belasan.”
Akhirnya saya bilang, “OK deh, cuma saya bisa
ikut mandi kan..? Abis badan saya udah lengket
nih..!”
Saya ditariknya ke kamar tidur Neva. Mulanya
saya bingung, karena saya ijin mandi kok malah
ke kamar tidur, ternyata kamar mandinya
memang berada di ruang tidur itu. Akhirnya saya
ijin untuk mandi.
Neva memberikan sebuah handuk dan sabun
mandi sambil berkata, “Jangan dipake ngocok
lho..!”
Gila nih cewek, kok bercandanya dari tadi tidak
jauh dari soal gituan. Saya langsung menyalakan
shower, dan membilas semua badan dengan air
hangat.
Tiba-tiba pintu diketuk, saya langsung mematikan
shower, “Ada apa Nev..?” tanya saya dari dalam.
“Mas saya lupa, kalo sikat giginya ketinggalan.”
teriaknya pelan dari balik pintu.
Perlahan saya buka pintu sedikit, saya tengokkan
kepala, dan mendapati ternyata Neva hanya
berbalut handuk kecil tipis berwarna putih
sehingga tonjolan putingnya tampak begitu jelas
sedikit kecoklatan. Yang lebih edan lagi adalah
bagian bawahnya, nyaris memperlihatkan
pangkal pahanya.
“Kamu mo mandi juga ya Nev..?”
“He eh.., boleh enggak ikutan..?” tanyanya manja.
Saya rasanya bodoh jika mengatakan tidak. Saya
buka lebar-lebar daun pintu, secara refleks Neva
melihat ke bagian bawah saya yang masih
telanjang bulat.
“Gila bentuk penis kamu ko kayak si Rocco yang
di film itu sih..?”
Hah..! ternyata nih cewek doyan juga nonton
bokep, sampe kenal sama si Rocco segala.
“Udah deh Mas, jangan bengong gitu, biasa kan
jaman sekarang cewek nonton blue film, kan
emansipasi.” katanya sambil nyelonong masuk ke
kamar mandi.
Neva langsung memasukkan kakinya ke dalam
Bathtub yang sudah terisi setengah air itu.
Badannya membungkuk untuk menyentuh air,
mungkin untuk memastikan airnya cukup hangat
untuk digunakan berendam. Posisinya yang
membungkuk dengan kakinya yang jenjang putih
itu membuat darah saya berdesir kuat. Jantung
saya berdegup lebih keras dari biasanya, terus
terang saya belum pernah melihat wanita secara
nyata dalam keadaan setengah telanjang.
Secara refleks saya mengelus belahan pantatnya
yang ditutupi genre hijau muda dengan tangan
kanan saya. Karena yang kiri sedang memegang
sabun, Neva mengambil tangan saya dan
memindahkannya pada bagian perutnya yang
tipis dan halus. Saya perlahan mengusap dengan
lembut, posisi kami sama-sama menghadapi
cermin yang ada di kamar mandi itu. Tangan kiri
Neva ditarik ke belakang dan memeluk leher saya
secara lembut. Selama lima menit pantat Neva
bergesekan lembut dengan penis saya, kami
berdansa lembut.
Cermin yang memantulkan citra saya san Neva
membuat hasrat saya semakin menggebu. Saya
membuang sabun dan memindahkan tangan kiri
saya ke dadanya yang cukup besar itu. Perlahan
saya mengusap pinggiran gunung kembarnya,
dan jemari saya garuk lembut di bagian
putingnya. Dari cermin saya melihat Neva
tersenyum dan sedikit mendesah. Tangan kanan
saya secara perlahan dan teratur turun ke belahan
pahanya, naik lagi ke bukit merah muda yang
masih ditutupi celana dalamnya. Saya usap bolak-
balik, rasanya nyaman sekali memainkan tangan
di luar celana dalam wanita.
Kemudian perlahan tangan Neva memindahkan
tangan saya ke bagian dalam celananya yang
mulai berlendir. Saya mengusap dengan teknik
memutar ibu jari dan jari tengah, sementara jari
manis saya menggaruk lembut bagian pinggir
labia mayoranya. Sementara gerakan tangan saya
berjalan, lidah saya secara perlahan menjilati
bagian pinggir kupingnya. Ternyata teknik saya ini
membuat Neva berteriak lembut, desahannya
terasa meningkat.
Tidak berapa lama kemudian Neva berbalik dan
berbisik, “Mas, saya pindah di ujung bathtub ini
ya..?” katanya sambil secara lembut menarik
celana dalamnya.
Saya terpana melihat vaginanya yang ditutupi
rambut-rambut halus yang dicukur dengan rapih,
merangsang sekali. Neva kemudian duduk dan
sebelah kakinya diangkat ke atas membuat
vaginanya terbelah mekar, memperlihatkan
bagian labia-nya yang sudah sedikit basah.
“Mas.., jilatin memek saya ya..! Saya pengen
banget nih..!” pintanya.
Tanpa diperintah dua kali saya berjongkok di
bathtub dan kepala saya julurkan ke arah
kemaluannya. Saya mulai dengan jilatan di paha
dalam, kemudian secara pasti menuju belahan
vaginanya. Saya berusaha untuk sabar, jangan
sampai dia merasa terlalu cepat naik.
Setelah sepuluh menitan saya memainkan bagian
luar kemaluannya, kedua tangan saya secara
mantap memegang pahanya dengan cara
melingkar agar dia tidak banyak bergerak. Akan
saya buat Neva tidak dapat melupakan teknik oral
ini. Saya menyusupkan kepala saya ke pahanya.
Saya hisap berkali-kali sambil divariasikan dengan
jilatan naik turun. Hal ini saya yakin membuat
klitorisnya membesar dan dengan mudah akan
saya gigit pelan. Ternyata usaha saya berhasil,
Neva mulai menggelinjang dan tangannya secara
keras menjambak rambut saya.
“Mas.., Neva enggak tahan nih, mo keluar..!”
katanya.
Neva mengejang dan saya merasakan bibir saya
sedikit terjepit. Bau harum lendir Neva menyusup
ke hidung, saya tahu Neva orgasme hebat karena
cukup lama Neva mengejang, sebelum akhirnya
lemas dan tersandar di pinggir bathtub.
“Mas.., makasih banget ya, kamu hebat, Vena
baru kali ini orgasme lama banget.”
“OK, makasih juga, saya juga seneng kok, cuma
saya kayaknya musti swalayan nih, kalo kamu
udah capek gini.” kata saya mencoba berkelakar.
Ternyata Vena langsung mendorong tubuh saya
sehingga saya terduduk di atas closet duduk.
Vena tersenyum, “Sekarang giliran saya muasin
kamu Mas..! Tunggu bentar ya Mas..!”
Vena mencuci sebentar kemaluannya dan mulai
mendekati. Kakinya langsung mengangkang dan
meluruskan arahnya pada penis saya. Secara
perlahan dipegangnya penis saya yang berujung
besar dan mulai sedikit memerah, lalu
memasukkannya ke liang kenikmatannya yang
masih sedikit berdenyut.
Neva ternyata tipe wanita kuat dalam seks, kepala
penis saya secara perlahan masuk ke bagian
kewanitaannya. Setelah seluruhnya masuk, Neva
mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur,
persis seperti cewek naik kuda, gerakan ini
membuat saya terasa melayang. Kemudian
secara perlahan gerakannya berganti menjadi
berputar dan naik turun. Gila pikir saya, ternyata
Neva profesional sekali dalam urusan seks.
Saya mulai merasakan darah di kepala meningkat
bersamaan dengan aliran darah menuju penis.
Wah.., saya akan cepat keluar nih. Ketika saatnya
akan mengalami orgasme, tiba-tiba Neva bangkit
dari duduknya, otomatis penis saya terlepas dari
liang hangat itu.
Saya keheranan, tapi Neva hanya tersenyum dan
bilang, “Tenang Mas..!”
Kemudian dia duduk membelakangi saya dan
mulai lagi dengan gerakan turun naik, hanya kali
ini dalam hitungan 4 masuk semua dan hitungan
1 hanya sepertiganya.
Kemudian paha saya direnggangkan dan pahanya
berada di dalam paha saya, tentu saja ini
membuat penis saya semakin terjepit. Secara
simultan Vena menaik-turunkan pantatnya.
Sekitar 15 menit kemudian, Neva diam sejenak,
keringat mulai mengucur dari badan saya dan
badan Vena. Dalam posisi diam ternyata vagina
Vena justru berdenyut semakin kencang dan
rapat yang membuat saya mendesis-desis
keenakan. Ternyata Neva punya keahlian juga
dalam teknik ‘empot ayam’.
“Nev, saya mo keluar nih..!” kata saya.
“Bentar ya Mas.., tahan dulu..!”
Saya sekuat tenaga menahan dengan menarik
napas dalam-dalam. Neva menghentikan
denyutannya, ini membuat penis saya sedikit
tenang.
Neva lalu bangkit dan bilang, “Mas.., saya kulum
ya punyamu biar keluarnya lebih enak..?”
Saya hanya dapat pasrah, habis apa pun yang
Vena perbuat untuk penis saya benar-benar
membuat saya mati keenakan.
Vena mengulum penis dengan ganas dan
menggarukkan giginya di ujung penis saya. Saya
sudah tidak kuat lagi dan hampir keluar. Tiba-tiba
Vena menghentikan oralnya dan menekan penis
saya kuat-kuat dengan genggamannya. Orgasme
saya langsung hilang.
“Ven, kamu gila ya..!” teria saya, “Kan sakit..!”
“Tenang Mas, mau yang enak banget kan..?”
katanya tenang.
Kemudian dilepaskan genggamannya, dan
kembali memasukkan penis saya ke liang
surgawinya. Kali ini dengan gerakan yang sangat
liar secara kasar Neva menggerakkan pinggulnya
maju mundur.
Sepuluh menit kemudian tanpa dapat ditahan,
saya keluar dan menyemburkan sperma saya ke
dalam rahimnya dengan kuat. Gila baru kali ini
saya dapat orgasme lebih dari 3 kali semprotan
dalam waktu yang sangat lama. Rasanya semua
sperma ini keluar dan meluluh lantakan tulang-
tulang, mungkin ini akumulasi orgasme saya
yang tadi tidak jadi keluar. Tidak lama kemudian
Neva mengerang dalam dan mendapatkan
orgasmenya yang kedua dalam waktu
bersamaan dengan saya. Saya merasa lemas,
untuk bangun dari duduk saja rasanya saya tidak
kuat, tapi saya paksakan juga.
Kami mandi bersama dan saling membilas sambil
bibir saya dan bibirnya saling berpagutan.
“Thank’s ya Nev, kamu hebat banget, saya jadi
pengen lagi.”
Neva tersenyum nakal dan mencium penis saya
dengan lembut. Kami keluar dari kamar mandi
dan tidak terasa sudah pukul 11 malam. Saya
langsung pamit, tapi Vena bilang ingin tidur
malam ini dengan saya.
“Gimana nanti dengan pembantu kamu kalo tahu
ada cowok tidur di sini..?” tanya saya was-was.
“Jangan khawatir, pembantu saya enggak akan
berani masuk kamar, lagian kalo pagi-pagi juga si
Bibi ke pasar dan baru pulang jam 11 siang.”
jelasnya masih tetap berharap saya mau tinggal
semalam dengannya.
Akhirnya kami tidur bersama, dan malamnya
kami melakukan beberapa kali lagi making love.
Saya puas, ternyata ada wanita cantik yang
mampu mengimbangi hasrat seks saya yang
cukup besar ini.


Adult | GO HOME | Exit
1/585
U-ON

inc Powered by Xtgem.com